Searching...

Popular Posts

Senin, 03 Mei 2010

Road Race

Menurut pengamat, Honda baru berprestasi dua tahun lagi di MotoPrix (MP). Honda masih dapat banyak tantangan terhadap aneka karakter sirkuit pasar senggol. Mesin dan rangka Honda butuh penelitian dan pengembangan alias research and development yang panjang. Apalagi, sampai detik ini, PT Astra Honda Motor (AHM) belum membuka keran development fund. Nah, istilah ini petinggi AHM pasti tau.

Belum sejam pengamat bicara di seri dua Pertamina Denso MotoPrix Championship Region 2 pada 14 Maret 2009 kemarin, Honda jadi penyamun. Cukup dua jam - bukan dua tahun - di hadapan 8.000 penonton di sirkuit dadakan Maulana Yusuf, Serang, Banten, pembalap Honda jaya pada event yang digarap Trendypromo Mandira itu.

Podium pertama dirampas di kelas paling ramai di pasar umum dan pasar senggol. Itu dia MP2 atau bebek 110 cc seeded. Di MP1 atau bebek 125 cc seeded, Honda juga ketiga. “Itu perkiraan awal. Perangkat pendukung korek-mengorek Honda belum selengkap merek lain. Juara kali ini bukan jaminan seterusnya,” rendah Akian alias Erwin Oei, tuner papan atas Honda.

Akian pawang mesin Honda Blade yang dikebut Wawan Hermawan. Wawan pembela Putra Rinjani IRC NHK, borong race satu dan race dua MP2. “Bodi Blade enak manuvernya,” bangga Wawan yang mencetak sejarah, Honda podium pertama di MP region dua. “Power Supra 125 mulai ketemu,” timpal Bima Octavianus, pembalap Honda DAM Adira NHK yang ketiga di MP1.

Bukan saja beri energi dengan membludaknya starter pengguna Honda. Juga penyamun. Hu’um... penyamun prestasi pasar senggol. Apalagi bagi Yamaha dan Suzuki, Honda memang seperti itu. Penyamun atau perampas juara yang sebelumnya mereka kuasai selama ini.

Penyamun bukan konotasi seperti perawan di sarang penyamun. Dunia sudah berubah. Sekarang, penyamun di sarang perawan. Enak... kan di sarangnya perawan. Mau dong satu.

Sssst.... lanjut! Penyamun yang ini ada hubungan dengan bahasa sportivitas balap motor. Rampok, copet dan rampas, persis sabet atau rebut piala. Kata saja beda, maknanya sama. “Honda punya kekuatan itu. Asal AHM cepat merespon keaadaan,” kata Eddy Saputra, manajer tim ASH dalam dua seri ini rutin hadir di MP.

Maksudnya, agar Honda tetap jadi penyamun juara sejati, AHM lekas turun tangan. Bukan turun atau membantu semata materi. Itu bukan segalanya. Tapi, mendorong R&D. Pabrikan terbuka dalam pengembangan komponen. Namanya juga bebek, banyak komponen sulit dimanupulasi dengan alat biasa. Hanya pabrik yang punya alatanya.

AHM harus repot mencetak part lebih alot dari standar harian. “Jangan berpikir sendiri, silakan tanya pada mekanik. Mereka tahu yang dibutuhkan, agar komponen awet di balap motor,” tutur Faryd Sungkar, pemilik tim MS yang memakai Honda.

Faryd terus bicara dan sulit direm. “Satu lagi. Honda juga pintar menservis tim perorangan. Jangan melulu peduli pada tim identik dengan main-dealer Honda. Juga segera memastikan hitam di atas putih tim pemakai Honda,” tutur Faryd seperti laga seorang penyamun di sarang perawan. Macam apa tuh...

Anggono Iriawan ibarat seorang perawan di sarang penyamun. Nah, itu tepat istilahnya. Maklum, dia baru menjabat komandan divisi racing AHM. “Kebijakan AHM pada balap motor akan disesuaikan tuntutan di lapangan. Tahun ini, tahap penyesuaian. Itu pun telah dimulai dari rangka bikinan AHM,” jawab Anggono, di di pinggir sirkuit Serang.

Makin banyak pemakai Honda, otomatis pengembangannya cepat. Banyak otak memikirkan R&D-nya. “Jika semua nya jalan, Honda satu-satunya penantang Yamaha. Itu bukan saja di penjualan, juga di balap motor,” yakin Helmy Sungkar, bos Trendypromo sampai geleng-geleng kepala soal Honda jadi penyamun juara.

Jujur, ilmu korek Honda baru satu sumber. Kunciannya pun, sebatas kepala silinder. Berbeda dengan Yamaha dan Suzuki, punya part yang telah dikembangkan pabrikan. “Untung punya basis merek lain. Makanya, MP1 lumayan, karena dekat dengan speksifikasi Suzuki Shogun,” kata Ahmad Jayadi dari Honda Castrol Denso NHK yang pembalapnya Ocky Ristan gagal jadi penyamun. Padalah, di QTT, Ocky menyamun posisi dua.

0 komentar:

Posting Komentar